Rabu, 30 November 2011

e-Business

Pengertian E Business
E-Business atau Electronic business dapat didefinisikan sebagai aktivitas yang berkaitan secara langsung maupun tidak langsung dengan proses pertukaran barang dan/atau jasa dengan memanfaatkan internet sebagai medium komunikasi dan transaksi,dan salah satu aplikasi teknologi internet yang merambah dunia bisnis internal, melingkupi sistem, pendidikan pelanggan, pengembangan produk, dan pengembangan usaha.
Model-Model E-Business :

B2C (Business to Consumers): Interaksi yang dimungkinkan oleh teknologi antara individu dan organisasi.
B2C, dapat diartikan sebagai jenis perdagangan elektronik dimana ada sebuah perusahaan (business) yang melakukan penjualan langsung barang-barangnya kepada pembeli (consumer). Kesuksesan dari B2C pada dasarnya dikarenakan faktor penawaran barang kualitas tinggi dengan harga murah dan banyak pula dikarenakan pemberian layanan kepada konsumen yang cukup baik Contoh perusahaan kelas dunia yang telah menerapkan B2C adalah www.Amazon.com dan www.WSJ.com.

B2B (Business to Business): Interaksi yang dimungkinkan oleh teknologi antara organisasi dengan organisasi (antar organisasi).
B2B, adalah bisnis yang dilakukan sebuah perusahaan dengan perusahaan lain(antara perusahaan) baik itu perusahaan yang bergerak pada bidang industri yang sama ataupun berbeda dengan menggunakan media Internet. B2B biasa dilakukan untuk menghemat biaya transaksi. Sebagai contoh perusahaan A ingin memesan sejumlah unit komputer pada perusahaan B, maka perusahaan A dapat mengakses situs resmi perusahaan B dan menuliskan pesanannya. Perusahaan B yang mendapatkan pesan pemesanan barang tersebut akan mengirimkan barang yang dimaksud. Pembayaran biasanya dilakukan berdasarkan kesepakatan sebelumnya. Meskipun tentu saja pemesanan barang ini dapat dilakukan dengan mengangkat telepon. Salah satu contoh perusahaan di Indonesia yang menerapkan konsep B2B adalah situs www.dagang2000.com milik PT Indosat Adimarga dan www.indonesianexport.com milik PT e-Commerce Nusantara.

Pengaruh E-Business Terhadap Proses Bisnis
1) Electronic Data Interchange (EDI): adalah protokol Standar, ada sejak era tahun 1970, untuk secara elektronik mentransfer (mengirimkan) informasi antar organisasi serta dalam berbagai proses bisnis.
2) Meningkatkan tingkat akurasi
3) Mengurangi biaya
Faktor-faktor keberhasilan E-Business

Faktor pertama adalah tingkat kesesuaian dan dukungan aktivitas e-business atas strategi keseluruhan perusahaan.
Faktor kedua adalah kemampuan untuk menjamin bahwa proses e-business memenuhi tiga karakteristik kunci yang dibutuhkan dalam transaksi bisnis apapun, yaitu : Validitas, Integritas, dan Privasi


Infrastruktur yang membentuk E-Business :

Kemajuan teknologi komunikasi dan jaringan, terutama internet, menyediakan infrastruktur yang dibutuhkan untuk e-business. Bagian ini memberikan pengantar atas gambaran umum konsep jaringan dan mendiskusikan strategis- strategis yang berkaitan dengan metode-metode alternatif yang dapat dipergunakan organisasi dalam mengimplementasikan e-business.


http://rizkie-boriel.blogspot.com/

Minggu, 16 Oktober 2011

LAPORAN NERACA

Akuntansi Aktiva Tetap


  1. KLASIFIKASI
    Aktiva tetap merupakan aktiva tidak lancar yang diperoleh untuk digunakan dalam operasi perusahaan yang memiliki masa manfaat lebih dari satu periode akuntansi serta tidak untuk diperjualbelikan dalam operasi normal perusahaan. Aktiva operasi tidak lancar dapat diklasifikasikan menjadi: (1) Aktiva Berwujud (tangible) dan (2) Aktiva Tak Berwujud (intangible).
  2. PENGELUARAN UNTUK AKTIVA TIDAK LANCAR
Pengeluaran untuk aktiva tidak lancar dapat dikelompokkan menjadi:
  1. Pengeluaran pada waktu perolehan;
  2. Pengeluaran seteleh aktiva tersebut diperoleh yang dapat dirinci menjadi:
    1. Pengeluaran pendapatan yang lazim disebut revenue expenditure;
    2. Pengeluaran modal yang lazim disebut capital expenditure.

  1. PENCATATAN PEROLEHAN AKTIVA TIDAK LANCAR
    Harta non current dapat diperoleh dengan berbagai cara, antara lain:
    1. Diperoleh dengan harga lumpsump;
    2. Diperoleh dengan pembayaran berkala;
    3. Pembelian dengan cara leasing;
    4. Perolehan dengan trade-in
    5. Perolehan dengan menerbitkan surat berharga;
    6. Perolehan dari donasi; dan
    7. Dibangun sendiri.

D. PEROLEHAN SEKELOMPOK AKTIVA DENGAN HARGA LUMPSUM
Harga lumpsump adalah suatu harga untuk beberapa aktiva. Sebagai contoh PT A membeli tanah, bangunan dan peralatan dengan harga Rp $160,000. Harga ini harus dialokasikan kepada 3 jenis harta tersebut dengan menggunakan perbandingan harga taksiran dari tanah, bangunan, dan peralatan. Misalnya harta yang dibeli tersebut memiliki harga taksiran tanah $ 28,000, bangunan $60,000, equipment $12,000, alokasi harga $160,000 tersebut adalah sebagai berikut:
Jenis harta
Nilai Taksiran ($)
Perhitungan Alokasi
Jumlah Alokasi ($)
Tanah
28,000
28/100 x 160,000
44,800
Bangunan
60,000
60/100 x 160,000
96,000
Peralatan
12,000
12/100 x 160,000
19,200
Jumlah
100,000
160,000

Jurnal yang dibuat untuk mencatat transaksi tersebut adalah:
Tgl.
Akun
Debet
Kredit
2006
Jan 1

Tanah
Bangunan
Peralatan
Kas

44,800
96,000
19,200




160,000




  1. PEROLEHAN AKTIVA DENGAN PEMBAYARAN BERKALA
    Jika statu harta tetap diperoleh dengan pembayaran difunda atau secara angsuran, maka aktiva tersebut dicatat sebesar harga tunai aktiva tersebut bukan jumlah dari pembayaran angsuran dan downpayment-nya. Ada beberapa variasi yang mungkin timbul, seperti:
    1. Harga tunai diketahui;
    2. Harga tunai tidak diketahui.
    Contoh: perusahaan pada tanggal 2 Januari 2006 membeli sebuah aktiva yang harga tunainya adalah $100,000. Pada waktu itu dibayar uang muka $35,000. sisanya akan dibayar dengan angsuran tengah tahunan sebesar $5,000 ditambah bunga 10% dari hutang yang belum dibayar. Jurnal yang dibuat selama tahun 2006 adalah sebagai berikut:
Tgl.
Akun
Debet
Kredit
2006
Jan 2

Tanah
Kas
Hutang

100,000


35,000
65,000

Tgl.
Akun
Debet
Kredit
2006
Jun 30

Hutang
Biaya Bunga
Kas

5,000
3,250



8,250

  1. PENGGUNAAN AKTIVA TETAP
    Jika suatu aktiva tetap dapat digunakan lebih dari satu tahun maka aktiva tersebut bermanfaat untuk memperolah pendapatan selama umurnya. Untuk menghubungkan cost aktiva tetap dengan revenue yang diperoleh maka cost tersebut dicatat dan dilaporkan sebagai beban pada tahun-tahun manfaatnya. Proses ini disebut depresiasi. Dengan demikian depresiasi adalah alokasi secara sistematis dan rasional atas cost dari aktiva tetap ke tahun-tahun manfaatnya.
    Jurnal yang dibuat untuk melakukan depresiasi setiap tahunnya adalah mendebet akun Beban Depresiasi dan mengkredit akun Akumulasi Penyusutan. Misalkan untuk tahun 2005, perusahaan menyusutkan mesin sebesar $ 5,000, maka jurnal yang dibuat adalah:
Tgl.
Akun
Debet
Kredit
2005
Des 31

Beban Penyusutan
Akumulasi Penyusutan

5,000


5,000
Karena setiap akhir tahun ada penyusutan, maka perkiraan Akumulasi Penyusutan akan selalu bertambah sepanjang masa manfaat aktiva.
Depresiasi bukanlah teknik untuk menilai aktiva tetap dan dengan melakukan depresiasi tidaklah otomatis perusahaan menyisihkan uang untuk membeli aktiva tetap.
Faktor-faktor yang mempengaruhi depresiasi adalah:
  1. cost dari aktiva tetap,
  2. umur ekonomis aktiva tetap,
  3. nilai residu, dan
  4. pola penggunaan aktiva tetap.

  1. METODE DEPRESIASI
    Terdapat beberapa metode depresiasi, yaitu:
  • Metode Garis Lurus
  • Metode Saldo Menurun
  • Metode Jumlah Angka Tahun
  • Metode Unit Input
  • Metode Unit Output
  1. Metode Garis Lurus
    Dengan metode ini penyusutan tahunan dapat ditentukan dengan dua cara, yaitu:
    1. (cost-nilai residu) : umur
      Misalkan nilai sebuah peralatan yang diperoleh tahun 2005 senilai Rp 16.000.000,00 dan masa manfaat ditentukan 5 tahun dengan nilai sisa Rp 1.000.000,00, besarnya penyusutan tahun 2006 dapat dihitung sebagai berikut: (16.000.000-1.000.000)/5 = Rp 3.000.000,00.
    2. Ditentukan % penyusutan, kemudian penyusutan tahunan diperoleh dengan cara mengalikan % tersebut dengan cost yang disusutkan sebagai berikut:
      1. Prosentase penyusutan tahunan = 100% : umur, jadi = 100% : 5 = 20%.
      2. Dihitung penyusutan = 20% x (16.000.000 – 1.000.000) = Rp 3.000.000,00.
    2. Metode Saldo Menurun
    Pertama, tentukan prosentase penyusutan, biasanya dua kali prosentase penyusutan metode garis lurus. Dengan demikian jika ada mesin umurnya 5 tahun, maka tarif/prosentase penyusutan tahunannya adalah 2 x 100% : 5 = 40%.
    Setelah itu ditentukan nilai buku pada awal tahun. Nilai buku adalah saldo rekening aktiva tetap dikurangi dengan saldo rekening akumulasi penyusutan. Untuk tahun pembelian, karena akumulasi penyusutannya belum ada, maka nilai bukunya adalah sebesar harga perolehannya.
    Selanjutnya besarnya penyusutan satu tahun dihitung dengan cara mengalikan % penyusutan dengan nilai buku. Misalkan ada sebuah mesin dibeli tanggal 2 Januari 2001 dengan harga Rp 16.000.000 dan ditaksir dapat digunakan selama 5 tahun. Penyusutan tahun 2001, 2002, dan 2003 dapat dihitung sebagai berikut:
    Tarif/prosentase penyusutan = 2 x (100% : 5) = 40%
    Penyusutan tahun 2001 = 40% x Nilai Buku
    = 40% x Rp 16.000.000
    = Rp 6.400.000
    Penyusutan tahun 2002 = 40% x Nilai buku awal tahun 2002
    = 40% x (Rp 16.000.000 – Rp 6.400.000)
    = Rp 3.840.000
    Penyusutan tahun 2003 = 40% x Nilai buku awal tahun 2003
    = 40% x (16.000.000 –6.400.000 – 3.840.000)
    = Rp 2.304.000
    Penyusutan tahunan dapat dicari dengan rumus lain yaitu menentukan Nilai Buku pada akhir tahun ke-n = cost x (1 – tarif)n
    = Rp 16.000.000 x (1 – 0,4) n
    Nilai buku akhir tahun ke-3 = Rp 16.000.000 x (1 – 0,4) 3
    = Rp 16.000.000 x 0,216
    = Rp 3.456.000,00.
    Penyusutan tahun 2004 adalah 40% x Rp 3.456.000 = Rp 1.282.600,00.

  2. Metode Jumlah Angka-angka Tahun
    Alokasi cost aktiva tetap dilakukan berdasarkan angka tahun penggunaan. Jika umur aktiva tetap adalah 5 tahun, maka tahun penggunaannya adalah tahun ke 1,2,3,4,5. Jumlah dari angka-angka tersebut akan dijadikan penyebut. Sementara itu pembilangnya adalah sisa umur dari masing awal tahun penggunaan. Pada awal penggunaan sisa umurnya masih lima tahun, oleh karenanya pembilangnya adalah 5. Setelah digunakan 1 tahun, maka pada awal tahun kedua sisa umurnya adalah empat tahun sehingga pembilangnya adalah 4. Demikian seterusnya untuk tahun ketiga, keempat, dan seterusnya.
    Misalkan ada sebuah mesin dibeli tanggal 2 Januari 2001 dengan harga Rp 16.000.000 ditaksir masa manfaat 5 tahun dengan nilai residu Rp 1.000.000. Penyusutan tahun 2001, 2002, 2003, 2004, dan 2005 dapat dihitung sebagai berikut:
Tahun ke
Perhitungan
Jumlah
1
5/15 (16.000.000 – 1.000.000)
5.000.000
2
4/15 (16.000.000 – 1.000.000)
4.000.000
3
3/15 (16.000.000 – 1.000.000)
3.000.000
4
2/15 (16.000.000 – 1.000.000)
2.000.000
5
1/15 (16.000.000 – 1.000.000)
1.000.000

  1. Metode Unit Input
    Alokasi cost aktiva tetap ke beban penyusutan tahunan digunakan jumlah input yang dikeluarkan (misalnya jam mesin) dalam suatu tahun dibandingkan dengan taksiran input (jam mesin) yang harus dikeluarkan sampai aktiva tetap tersebut diafkir. Misalkan sebuah mesin dibeli pada tanggal 2 Januari 2001 dengan harga Rp 16.000.000 dan ditaksir dapat digunakan selama 100.000 jam dengan nilai residu Rp 1.000.000. Selama tahun 2001 digunakan selama 5.000 jam, maka penyusutan tahun 2001 adalah:
    (5.000/100.000) x (Rp 16.000.000 – Rp 1.000.000) = Rp 750.000

5. Metode Unit Output (Hasil)
Alokasi cost aktiva ke beban penyusutan tahunan menggunakan jumlah produk yang dihasilkan dalam suatu tahun dibandingkan dengan taksiran output (jumlah produk) yang akan dihasilkan sampai aktiva tetap tersebut diafkir. Misalkan sebuah mesin dibeli pada tanggal 2 Januari 2001 dengan harga Rp 16.000.000 dan ditaksir dapat digunakan untuk membuat produk sebanyak 200.000 unit dengan nilai residu Rp 1.000.000. Selama tahun 2001 digunakan selama 20.000 unit maka penyusutan tahun 2001 adalah:
(20.000/200.000) x (Rp 16.000.000 – Rp 1.000.000) = Rp 1.500.000

  1. PENGAFKIRAN AKTIVA TETAP
    Aktiva kadangkala dibuang karena sudah tidak digunakan lagi, misalkan sebuah mesin yang harga belinya Rp 6.000.000,00 sampai tanggal 1 Januari 2000 sudah disusutkan sebesar Rp 4.750.000,00. Penyusutan tahunannya Rp 600.000,00. Pada tanggal 24 Maret 2001 dibuang. Jurnal yang dibuat adalah:
    1. Menyusutkan untuk tahun 2001
Tgl.
Akun
Debet
Kredit
2001
Mar 24

Beban Penyusutan Mesin
Akumulasi Penyusutan Mesin

150.000


150.000

  1. Membuang aktiva tetap
Tgl.
Akun
Debet
Kredit
2001
Mar 24

Akumulasi Penyusutan Mesin
Kerugian Penghentian Mesin
Aktiva Tetap

4.900.000
1.100.000



6.000.000


  1. PENJUALAN AKTIVA TETAP
    Sebuah mesin yang costnya Rp 10.000.000 dan sampai dengan tanggal 31 Desember 2000 telah disusutkan sebesar Rp 7.750.000, pada tanggal 2 Januari 2001 dijual. Buat jurnal jika harga jualnya adalah:
    1. Rp 2.250.000,00
    2. Rp 1.000.000,00
    3. Rp 3.000.000,00

No.

Keterangan
Dijual dengan harga
2.250.000
1.000.000
3.000.000
1
Cost aktiva tetap
10.000.000
10.000.000
10.000.000
2
Akumulasi penyusutan s.d saat penjualan
7.750.000
7.750.000
7.750.000
3
Nilai buku saat penjualan
2.250.000
2.250.000
2.250.000
4
Harga jual
2.250.000
1.000.000
3.000.000
5
Laba (rugi) (4 – 3)
0
(1.250.000)
750.000

Jurnal:
  1. Dijual dengan harga Rp 2.250.000,00

Tgl.
Akun
Debet
Kredit
2000
Jan 2

Kas
Akumulasi Penyusutan
Aktiva Tetap

2.250.000
7.750.000



10.000.000

  1. Dijual dengan harga Rp 1.000.000
Tgl.
Akun
Debet
Kredit
2000
Jan 2

Kas
Akumulasi Penyusutan
Kerugian Penjualan Aktiva Tetap
Aktiva Tetap

1.000.000
7.750.000
1.250.000




10.000.000

  1. Dijual dengan harga Rp 3.000.000
Tgl.
Akun
Debet
Kredit
2000
Jan 2

Kas
Akumulasi Penyusutan
Laba Penjualan Aktiva Tetap
Aktiva Tetap

3.000.000
7.750.000



750.000
10.000.000

  1. PERTUKARAN AKTIVA TETAP
    Menurut paragraf 20 PSAK No. 16 suatu aktiva tetap dapat diperoleh dalam pertukaran atau pertukaran sebagian untuk suatu aktiva tetap yang tidak serupa atau aktiva lain. Biaya dari pos semacam ini diukur pada nilai wajar aktiva yang dilepaskan atau yang diperoleh yang mana yang lebih andal, equivalent dengan nilai wajar aktiva yang dilepaskan setelah disesuaikan dengan jumlah setiap kas atau setara kas yang ditransfer. Dengan demikian pertukaran aktiva tidak sejenis dapat mengakibatkan adanya laba atau rugi.
    Menurut paragraf 21 PSAK No. 16 suatu aktiva tetap dapat diperoleh dalam pertukaran atas suatu aktiva yang serupa yang memiliki manfaat yang serupa dalam bidang usaha yang sama dan memiliki nilai wajar yang serupa. Jika aktiva lain seperti kas sebagai bagian dari transaksi pertukaran, ini dapat mengindikasikan bahwa pos yang dipertukarkan tidak memiliki suatu nilai yang serupa. Berdasarkan paragraf 46 PSAK No. 16, pertukaran aktiva tetap seperti disebutkan pada paragraf 21, biaya aktiva yang diperoleh sama dengan jumlah tercatat aktiva yang dilepaskan dan tidak ada keuntungan atau kerugian yang dihasilkan.
    1. Pertukaran Aktiva Tak Sejenis
    Sebuah mesin dengan cost Rp 4.000.000,00 yang telah disusutkan Rp 3.200.000,00 ditukar dengan mesin baru tidak sejenis yang harga pasarnya adalah Rp 5.000.000,00. Perusahaan harus membayar uang Rp 3,900.000,00. Jurnalnya:
Tgl.
Akun
Debet
Kredit
Mesin (baru)
Akumulasi Penyusutan
Mesin (lama)
Kas
Laba Penukaran Aktiva Tetap
5.000.000
3.200.000


4.000.000
3.900.000
300.000

Kamis, 06 Oktober 2011

laporan neraca


Senin, 03 Oktober 2011

Laporan Neraca

Di bawah ini adalah contoh laporan rugi/laba pada perusahaan perdagangan pada umumnya.

Laporan rugi/laba
PT. ABCD
Untuk periode berakhir 31 Desember 1999
Pendapatan:


  Penjualan

10,000,000
Harga pokok penjualan:


  Persediaan awal
2,000,000

  Pembelian
7,000,000

  Tersedia untuk dijual
9,000,000

  Persediaan akhir
3,000,000

  Harga pokok penjualan

6,000,000
Laba kotor

4,000,000
Biaya operasional:


  Biaya komisi
500,000

  Biaya transportasi
100,000

  Biaya listrik, telpon, air
600,000

  Biaya gaji pegawai
1,200,000

  Biaya penyusutan bangunan
300,000

  Biaya penyusutan inventaris
   200,000

Total 

2,900,000
Laba operasi

1,100,000
Biaya bunga 

    100,000
Laba sebelum pajak

1,000,000
Biaya pajak

   200,000
Laba/(rugi) bersih

   800,000
Di bawah ini adalah contoh neraca pada perusahaan dagang pada umumnya.

Neraca
PT. ABCD
Per 31 Desember 1999
Aktiva


Aktiva lancar:


Kas

1,000,000
Piutang usaha

5,000,000
Uang muka pembelian

500,000
Persediaan barang

  3,000,000
Total aktiva lancar

9,500,000
Aktiva tetap:


Tanah 

50,000,000
Bangunan
20,000,000

Akumulasi penyusutan-bangunan
(5,000,000)
15,000,000
Inventaris kantor
2,000,000

Akumulasi penyusutan-inventaris
   (500,000)
  1,500,000
Total aktiva tetap

66,500,000
Total aktiva

76,000,000



Hutang


Hutang lancar:


Hutang dagang

2,000,000
Hutang gaji

500,000
Biaya yang masih harus dibayar

1,000,000
Total hutang lancar

3,500,000
Hutang jangka panjang:


Hutang bank 

20,000,000
Total hutang jangka panjang

20,000,000
Total hutang

23,500,000



Modal


Modal disetor

40,000,000
Laba ditahan

12,500,000
Total modal

52,500,000
Total hutang dan modal

76,000,000